EVOLUSI & SISI LAIN DARI SANG HAGIA SOPHIA

Posted by PHL Architects | 7/17/2008 01:38:00 pm | | 0 comments »

EVOLUSI & SISI LAIN DARI SANG HAGIA SOPHIA

Kecantikan Kathedral Hagia Sophia di kota Istanbul, Turki mengundang banyak turis yang pasti menyempatkan diri untuk mengunjunginya. Kini bernama Ayasofya Museum & letaknya tak jauh dari Blue Mosque, hanya dipisahkan oleh Jalan Yerebatan Oad untuk bisa mencapai Hagia Sophia atau Ayasofya.

Awalnya Hagia Sophia merupakan sebuah gereja katedral, tetapi kemudian berubah menjadi mesjid setelah kekaisaran Ottoman menguasai kota Constantinople. Keempat menara ditambahkan sebagai bagian dari perubahan tersebut tetapi pada masa yang berbeda. Uniknya, banyak dari kita yang tidak tahu bahwa menara yang ada itu berbeda & dibangun tidak bersamaan. Menara pada sudut selatan didirikan oleh Sultan Mehmed II dari bahan bata merah, dan menara batu kedua ditambahkan pada sisi utara oleh Sultan Bayezid II pada saat pemugaran bangunan ini dan dari bahan marmer putih. Sedangkan dua menara lainnya yang serupa dan didirikan pada masa Murad III, Sultan Selim II, juga didirikan dari bahan marmer putih. Dua menara ini didesain juga oleh arsitek terkenal jaman Ottoman Mimar Sinan. Aplikasi dari struktur menara-menara ini merupakan salah satu penerapan ilmu teknik mengenai gempa & bumi yang pertama di dunia, dan pada penelitian terbaru diperlihatkan bahwa tanpa penyeimbangan dari keempat menara ini, kemungkinan besar struktur utama dari Hagia Sophia akan runtuh.

Dari jauh bangunan berkubah warna merah bata dengan empat menara di sebelah kiri & kanannya pasti mengundang orang untuk masuk ke dalamnya. Luas Hagia Sophia sekitar 7.570 m2, disebut-sebut sebagai gereja terbesar ke empat di dunia. Interior didominasi oleh kubah dengan tinggi 55,60 m2 dan terdapat 40 jendela di sana.

Pintu gerbang bergaya barat menjadi pintu masuk yang akan mengarahkan pengunjung ke lobby luar bangunan Hagia Sophia. Setidaknya ada lima gerbang utama masuk ke lobi. Dari lobby pengunjung dapat masuk ke bangunan utama gereja melalui sembilan pintu gerbang kayu yang kokoh, tiga gerbang utama merupakan pintu kekaisaran. Dari gerbang utama, pengunjung bisa melihat gambar Yesus yang dibuat pada abad sembilan. Pada sisi kiri & kanannya terlihat gambar Bunda Maria & malaikat Gabriel. Gambar mosaik itu diapit oleh tulisan Arab Allah & Muhammad di kiri kanannya.

Sebelum masuk ke dalam bangunan Hagia Sophia ini, di bagian depan bangunan terdapat beberapa batu yang berada di kedalaman 2 meter. Menurut sejarahnya, itulah puing-puing dari bangunan kedua Gereja Hagia Sophia.

Hagia Sophia pertama kali dibangun antara 325 sampai 360 Masehi. Konstruksi dibangun selama pemerintahan Constantine & diselesaikan oleh putranya, Constantius, pada tahun 337-361 Masehi. Ia menjadi gereja terbesar di kota ini yang dikenal sebagai Megalo Ekklesia. Nama Hagia Sophia atau Kebijaksanaan Rahasia diabadikan pada abad kelima dan nama inilah yang dikenal pada masa Byzantine, Turki, hingga era Ayasofya.
Seperti yang umumnya dilakukan pada jaman tersebut, lokasi tersebut dipilih karena pernah menjadi kuil dari pemujaan Pagan / dewi kesuburan pada jaman itu. Awalnya dibangun dulu sebuah gereja yang lebih kecil “Hagia Eirene” untuk melengkapi istana kekaisaran yang sedang dibangun di sebelah lokasi ini. Gereja ini dibangun dulu dan difungsikan hingga gereja Hagia Sophia selesai dibangun.

Gereja pertama berupa basilika berdinding batu dengan atap dari kayu. Hagia Sophia dibuka untuk menjadi tempat ibadah pada 15 Oktober tahun 360 Masehi. Tetapi kemudian ia dibakar oleh para pemberontak pada abad kelima. Ia dibakar oleh masyarakat yang marah karena pembuangan Uskup Konstantinopel, Johannes Khrysostomos, oleh Kaisar Arcadius. Uskup ini dibuang karena protesnya terhadap kekaisaran perempuan. Pemberontakan terjadi pada 20 Juni tahun 404 Masehi.

Kaisar Theodosius II pada tahun 408-450 Masehi kemudian memilih arsitek Roufinos untuk membangun kembali gereja tersebut. Akhirnya Hagia Sophia kembali dibangun & dibuka sebagai tempat ibadah pada 8 Oktober 415 Masehi.
Hanya dalam waktu singkat bangunan ini pun kembali dibakar pada masa pemberontakan Nika, 13 Januari 532 Masehi. Puing-puing gereja kedua ditemukan kembali pada saat penggalian 1935, Akan tetapi penggalian tidak dilanjutkan karena dikhawatiran akan merusak substruktur dari bangunan yang ada sekarang ini.

Pada tanggal 23 Februari 532, hanya beberapa hari setelah penghancuran dari bangunan kedua, Kaisar Justinian I memutuskan untuk membangun gereja yang baru dan berbeda sama sekali, lebih besar dan lebih menakjubkan dari desain yang sebelumnya. Ia memilih dua arsitek paling terkenal pada masa itu, yaitu Anthemios dari Thralles & Isidoras dari Miletus. Berangkat dari pengalaman sebelumnya, kayu dihindari dipakai sebagai konstruksi. Material & marmer mahal dibawa dari seluruh negeri jajahan kekaisaran. Kolum-kolum sebagai penghias interior dibawa-bawa dari kuil Artemis di Ephesus, Heliopolis, dan Delphi, sedangkan pilar putih dibuat di Proconessos, marmer hijau dari Thessaly, Merah muda dari Phrygian & warna gading dari marmer – Cappadocian. Batu-batu besar dibawa dari Mesir, marmer hijau dari, batu hitam dari kawasan Bosporus dan batu kuning dari Syria. Dinding utama, kubah & lorong-lorong dibangun dari batu bata. Konstruksi ini memakan waktu lima tahun dengan 1.000 tukang yang ahli & 10.000 orang buruh.

Secara arsitektur, basilika ini merepresentasikan sebuah revolusi dari konstruksi gereja umumnya dengan sebuah kubah besarnya. Kubah & atap besar yang kemudian menjadi desain yang umum pada konstruksi gereja-gereja Byzantinium, ditopang oleh pilar & dinding. Kubah Hagia Sophia ditopang oleh empat lengkungan, yang masing-masing berkisar 118 square yards jaraknya pada bagian dasarnya. Lengkungan ini juga membuat cahaya matahari bisa masuk leluasa ke interior gereja. Gereja Hagia Sophia sendiri berukuran 260 x 270 kaki, kubah berdiri pada ketinggian 210 kaki dari lantai & berdiameter 110 kaki.

Namun sayang, Hagia Sophia kembali runtuh akibat gempa buni yang merusak strukturnya pada tahun 558 Masehi.
Pada masa penaklukan Turki di Istanbul 1453, Mehmet II menemukan reruntuhan gereja ini. Sang penemu memimpin shalat jumat di Hagia Sophia dan memerintahkan untuk mengubahnya menjadi mesjid. Kemudian struktur mimbar ditambahkan. Struktur utama & mosaik dari interior dibiarkan tetap tak diubah.
Untuk hampir 500 tahun, Hagia Sophia dijadikan sebagai model bagi mesjid-mesjid jaman Ottoman seperti Mesjid Sultan Ahmed (Blue Mosque), Mesjid Sehzade, Mesjid Suleymaniye dan Mesjid Rustem Pasha.

Kubah Hagia Sophia sendiri mengundang ketertarikan & minat dari banyak pihak seperti ahli sejarah & arsitek. Kubah ini ditopang oleh ‘pendentives’ yang belum pernah dipakai sebelumnya dalam konstruksi manapun. “Pendetives” memungkinkan kubah yang bulat berubah menjadi bentuk persegi pada bagian bawahnya. “Pendetives” bukan hanya mempunyai nilai estetika yang tinggi, tetapi juga mempertahankan beban terpusat dari kubah dan menyalurkannya kebawah secara merata pada sekelilingnya.

Meskipun desain ini membuat kubah, dinding sekelilingnya & lengkungan-lengkungan yang ada stabil & seimbang, cara konstruksi yang sebenarnya dari dinding-dinding Hagia Sophia memperlemah struktur secara keseluruhan. Para tukang saat itu memakai lebih banyak adukan mortar dibandingkan bata pada dindingnya sehingga ketika kubah dipasang diatas dinding-dinding ini, berat dari kubah ini mengakibatkan dinding tersebut miring ke luar dan retak.
Fakta kedua yang menarik tentang struktur awal dari kubah Hagia Sophia adalah bagaimana para arsitek tersebut menempatkan 40 jendela di sekeliling dari dasar kubah. Kubah ini mempunyai kualitas cahaya yang sangat indah & terkenal, yang dihasilkan dari jendela-jendela ini.

Pada masa renovasi dari Kaisar Justinian, dekorasi interior dihiasi dengan marmer & mosaik-mosaik yang beragam motifnya dari unsur tanaman maupun hewan. Motif mosaik pun menggambarkan berbagai karakter mulai dari Yesus, orang suci hingga kaisar-kaisar. Beberapa bagian hanya dihiasi denga nmosaik berpola geometri maupun abstrak.
Pada saat perubahan gereja ini menjadi mesjid, banyak dari mosaik ini yang dihancurkan maupun ditutupi dengan plesteran, sesuai dengan aturan dari ajaran Islam yang melarang adanya penggambaran karakter dalam bentuk apapun. Tetapi tidak semua mosaik ini hilang dalam proses perubahan ini. Pada tahun 1847-49, bangunan ini direstorasi oleh dua bersaudara dari Swiss, Gaspare & Giuseppe Fossati, dan oleh Sultan Abdulmecid, mereka diperbolehkan untuk mendokumentasi semua mosaik yang ditemukan selama proses restorasi tersebut. Sejumlah besar mosaik ditemukan lagi pada tahun 1030-an oleh sebuah tim dari American Byzantine Institute yang dipimpin oleh Thomas Whittemore. Dinyakini masih banyak mosaik yang masih tertutup & belum ditemukan ataupun hilang karena hancur. Yang menariknya selama restorasi berlangsung, keseimbangan berusaha dipertahankan dengan mempertimbangkan dari sisi sejarah antara budaya arsitektur Kristen & Islam, dimana penemuan terhadap seni-seni awal dari gereja tentunya akan merusak dari unsur-unsur seni Islam yang mungkin melapisi atau menutupinya.

Hagia Sophia ini telah berkali-kali mengalami kerusakan akibat gempa bumi, kebakaran dan penjarahan. Bentuk sekarang ini juga bukan merupakan bentuk asli sesuai dengan desain pertama kali dibangunnya. Setiap kaisar & sultan yang menguasai kota Konstantinopel mempunyai andil dan peran untuk merubah ataupun menambahkan bagian-bagian dari Hagia Sophia ini sampai menjadi seperti yang kita tahu sekarang ini.
Hagia Sophia dideklarasikan sebagai monumen nasional oleh Mustafa Kemal Ataturk & menjadi museum pada tanggal 24 Oktober 1934 pada era Republik Turki modern. Evolusi Hagia Sophia menjadi Ayasofya Museum menggambarkan hal yang sama, evolusi kota Istanbul.


www.sacred-destinations.com/turkey/istanbul-hagia-sophia.htm
http://www.byzantines.net/epiphany/hagiasophia.htm

Related Posts



0 comments

Subscribe Now

Translate this blog to :